Senin, 24 Januari 2011
PENGINAPAN DI MAMASA
Mamasa
Mamasa, dalam banyak hal sangat tertinggal dibanding kabupaten-kabupaten tetangganya. Anda percaya nggak kalau saya bilang, kabupaten ini belum memiliki sambungan telepon sama sekali? Mungkin hal ini terdengar aneh bin ajaib, namun ini benar adanya loch. Saat mencari informasi akan penginapan maupun hotel di Mamasa, saya menemukan kesulitan luar biasa saat bermaksud menghubungi hotel atau penginapan yang dimaksud. Pertama, hampir tidak ada informasi detail mengenai penginapan-penginapan apa saja yang ada di Mamasa. Kedua, seandainya ada pun, biasanya nomor telepon yang tertera tidak bisa dihubungi sama sekali. Jadi, saya sempat ketar ketir sebelumnya apabila tidak mendapatkan penginapan sama sekali. Saya bukan tipe orang yang bisa ‘go show’ dalam artian baru menemukan penginapan sesampainya saya di suatu tempat. Saya sudah sadar, saya akan tiba di Mamasa pada malam hari. Apakah saya bisa senekad itu untuk mencari penginapan pada malam hari? Iya kalau dapat. Kalau tidak, bagaimana? Tidur di sudut jalan?
Saya tidak berputus asa. Walaupun sejumlah besar informasi hotel yang terdapat di Mamasa ternyata sebenarnya berlokasi di Polewali, saya tetap mencari. Kebetulan, Mamasa dan Polewali dahulunya merupakan satu wilayah utuh. Wajar kayaknya kalau kedua kabupaten ini saling membagi informasi. Hingga kini masih banyak Hotel Polewali yang tercatat di dalam Kabupaten Mamasa. Lonely Planet bahkan tidak mencantumkan nomor telepon beberapa penginapan yang ada di Mamasa. Internet sebagai sumber terpercaya pun tidak memiliki barang satupun informasi yang bisa diandalkan. Lalu bagaimana? Nah, beberapa bulan yang lalu, Mamasa ternyata menggelar perhelatan besar, Sidang Raya PGI XV. Mamasa yang didaulat sebagai tuan rumah pastinya didatangi oleh para peserta sidang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mamasa harus berbenah diri. Akhirnya, setelah mencari terus menerus, saya menemukan data seluruh penginapan dan hotel (ralat, penginapan, tanpa hotel) yang ada di seluruh Kota Mamasa dan Kota Nosu. Data ini bukan data promosi, melainkan data ketersediaan jumlah kamar dan tempat tidur pada waktu akan digelarnya Sidang Raya PGI XV. Anda sekali lagi boleh percaya atau tidak, nomor telepon yang dicantumkan pada masing-masing contact person di tempat itu adalah nomor ponsel. Tidak ada satu penginapan pun yang menggunakan nomor telepon tetap. Oh yah, mengapa saya menyebut penginapan tanpa menyebut hotel? Karena, Mamasa belum memiliki hotel sama sekali. Penginapan yang ada kebanyakan berstatus penginapan ala kadarnya. Paling tinggi, penginapan yang ada di Mamasa adalah penginapan kelas melati. Pada waktu Sidang Raya PGI XV dihelat, sejumlah rumah penduduk dan gereja bahkan disulap menjadi lokasi penginapan para peserta sidang guna menampung tamu yang membludak. Sudah terbayangkah Mamasa ini seperti apa?
Penginapan ternyata memang hanya berlokasi di Mamasa, Osango, dan Rambu Saratu saja. Sejumlah besar nomor telepon yang saya coba hubungi berstatus tidak aktif, tidak diangkat, dan orangnya sedang tidak ada di tempat. Duh, ya beginilah kalau ponsel pribadi dialihfungsikan sebagai ponsel umum. Dengan sangat menyesal, saya harus mencoret beberapa penginapan karena tidak bisa dihubungi sama sekali. Saat saya menghubungi ponsel yang aktif dan diangkat pun, tampaknya sang pengangkat telepon tidak siap menerima pertanyaan dari saya. Saya bertanya jenis kamarnya, kelengkapan isi kamar, dapat sarapan atau tidak, harga yang dibebankan, fasilitas apa saja yang ada, ada persewaan motor atau tidak. Saya tidak menemukan bahwa semua pertanyaan itu dijawab dengan memuaskan. Beberapa jawaban bahkan terkesan ngambang dan penuh ketidakyakinan. Saya jadi yakin, ini adalah kamar rumah yang disewakan untuk penginapan atau rumah yang dialihfungsikan menjadi hotel ketika ada tamu. Masak sich Mamasa jarang didatangi pengunjung?
Untuk itu, saya mencoba meluruskan beberapa hal disini bagi anda yang berniat mengunjungi Mamasa. Mamasa adalah kota kecil. Kota ini bisa habis dikelilingi dalam waktu kurang lebih beberapa jam saja. Untuk pusat kotanya, bisa habis dikelilingi dalam waktu setengah jam saja. Penginapan yang ada di kota ini tidak terlalu banyak, bisa dihitung dengan jari. Penginapan yang ada di Kota Mamasa maksimal berharga Rp. 100.000/malam/kamar. Rata-rata, pengunjung Kota Mamasa melakukan perjalanan dalam rangka pekerjaan atau bisnis. Turis asing adalah kategori wisatawan yang paling banyak mengunjungi Mamasa, walau kadarnya jauh lebih kecil dibanding Toraja. Kamar-kamar di Mamasa cukup nyaman walau hampir seluruh penginapan belum berstatus hotel bintang. Rata-rata, penginapan ini menyediakan makan pagi. Untuk kendaraan, anda bisa menghubungi pihak resepsionis untuk mendapatkan persewaan kendaraan. Kalau anda nggak mendapatkan bookingan kamar sama sekali, tenang saja, kamar di Mamasa tergolong mudah untuk didapatkan koq. Mudah-mudahan, ini bisa memacu anda untuk mengujungi Mamasa.
Saya tidak berputus asa. Walaupun sejumlah besar informasi hotel yang terdapat di Mamasa ternyata sebenarnya berlokasi di Polewali, saya tetap mencari. Kebetulan, Mamasa dan Polewali dahulunya merupakan satu wilayah utuh. Wajar kayaknya kalau kedua kabupaten ini saling membagi informasi. Hingga kini masih banyak Hotel Polewali yang tercatat di dalam Kabupaten Mamasa. Lonely Planet bahkan tidak mencantumkan nomor telepon beberapa penginapan yang ada di Mamasa. Internet sebagai sumber terpercaya pun tidak memiliki barang satupun informasi yang bisa diandalkan. Lalu bagaimana? Nah, beberapa bulan yang lalu, Mamasa ternyata menggelar perhelatan besar, Sidang Raya PGI XV. Mamasa yang didaulat sebagai tuan rumah pastinya didatangi oleh para peserta sidang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mamasa harus berbenah diri. Akhirnya, setelah mencari terus menerus, saya menemukan data seluruh penginapan dan hotel (ralat, penginapan, tanpa hotel) yang ada di seluruh Kota Mamasa dan Kota Nosu. Data ini bukan data promosi, melainkan data ketersediaan jumlah kamar dan tempat tidur pada waktu akan digelarnya Sidang Raya PGI XV. Anda sekali lagi boleh percaya atau tidak, nomor telepon yang dicantumkan pada masing-masing contact person di tempat itu adalah nomor ponsel. Tidak ada satu penginapan pun yang menggunakan nomor telepon tetap. Oh yah, mengapa saya menyebut penginapan tanpa menyebut hotel? Karena, Mamasa belum memiliki hotel sama sekali. Penginapan yang ada kebanyakan berstatus penginapan ala kadarnya. Paling tinggi, penginapan yang ada di Mamasa adalah penginapan kelas melati. Pada waktu Sidang Raya PGI XV dihelat, sejumlah rumah penduduk dan gereja bahkan disulap menjadi lokasi penginapan para peserta sidang guna menampung tamu yang membludak. Sudah terbayangkah Mamasa ini seperti apa?
Penginapan ternyata memang hanya berlokasi di Mamasa, Osango, dan Rambu Saratu saja. Sejumlah besar nomor telepon yang saya coba hubungi berstatus tidak aktif, tidak diangkat, dan orangnya sedang tidak ada di tempat. Duh, ya beginilah kalau ponsel pribadi dialihfungsikan sebagai ponsel umum. Dengan sangat menyesal, saya harus mencoret beberapa penginapan karena tidak bisa dihubungi sama sekali. Saat saya menghubungi ponsel yang aktif dan diangkat pun, tampaknya sang pengangkat telepon tidak siap menerima pertanyaan dari saya. Saya bertanya jenis kamarnya, kelengkapan isi kamar, dapat sarapan atau tidak, harga yang dibebankan, fasilitas apa saja yang ada, ada persewaan motor atau tidak. Saya tidak menemukan bahwa semua pertanyaan itu dijawab dengan memuaskan. Beberapa jawaban bahkan terkesan ngambang dan penuh ketidakyakinan. Saya jadi yakin, ini adalah kamar rumah yang disewakan untuk penginapan atau rumah yang dialihfungsikan menjadi hotel ketika ada tamu. Masak sich Mamasa jarang didatangi pengunjung?
Untuk itu, saya mencoba meluruskan beberapa hal disini bagi anda yang berniat mengunjungi Mamasa. Mamasa adalah kota kecil. Kota ini bisa habis dikelilingi dalam waktu kurang lebih beberapa jam saja. Untuk pusat kotanya, bisa habis dikelilingi dalam waktu setengah jam saja. Penginapan yang ada di kota ini tidak terlalu banyak, bisa dihitung dengan jari. Penginapan yang ada di Kota Mamasa maksimal berharga Rp. 100.000/malam/kamar. Rata-rata, pengunjung Kota Mamasa melakukan perjalanan dalam rangka pekerjaan atau bisnis. Turis asing adalah kategori wisatawan yang paling banyak mengunjungi Mamasa, walau kadarnya jauh lebih kecil dibanding Toraja. Kamar-kamar di Mamasa cukup nyaman walau hampir seluruh penginapan belum berstatus hotel bintang. Rata-rata, penginapan ini menyediakan makan pagi. Untuk kendaraan, anda bisa menghubungi pihak resepsionis untuk mendapatkan persewaan kendaraan. Kalau anda nggak mendapatkan bookingan kamar sama sekali, tenang saja, kamar di Mamasa tergolong mudah untuk didapatkan koq. Mudah-mudahan, ini bisa memacu anda untuk mengujungi Mamasa.
Langganan:
Postingan (Atom)